Sabtu, 26 Desember 2015

MAKALAH PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK USIA DINI BEBRBASIS ISLAM

BAB I
PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang
Hakikat dasar dari pendidikan Islam dan pendidikan ruhani adalah penciptaan karakter anak yang Islami. Proses pembentukan karakter Islami itu sesungguhnya adalah penumbuhan kehidupan yang disadari memiliki hubungan langsung dengan sang Khaliq. Penyadaran dan kesadaran adanya koneksi langsung antara makhluk dengan Khaliq dipastikan menjadikan anak akan memiliki karakter yang mulia.
Menurut Vigotskyl, aktivitas mental yang tinggi pada anak dapat terbentuk melalui interaksi dengan orang lain. Pembelajaran yang berkarakter akan menjadi pengalaman yang bermakna bagi anak jika ia dapat melakukan sesuatu (baik itu merubah atau mengikuti) atas lingkungannya. Karakter itu sama dengan akhlak dalam pandangan Islam, dan sebagai penanda bahwa seorang itu layak atau tidak layak disebut manusia, dan pendidikan karakter itu adalah tugas semua orang.[1]
Karakter anak harus dibentuk sejak anak usia dini. Tujuannya dari pembentukan karakter ini agar anak memiliki kepribadian yang baik sehingga ketika anak sudah menginjak dewasa maka ia akan menjadi anak yang shaleh maupun shalehah sehingga akan bisa memberikan manfaat yang untuk sesama. Tanpa proses pemberian pengasuhan dan pendidikan yang benar, mustahil untuk mencetak anak yang berkarakter.
Dengan pembentukan karakter anak secara islami diharapkan dapat memecahkan permasalahan-permasalahan penyimpangan perilaku pada anak, terlebih di era modern ini media-media yang dapat menimbulkan permasalahan penyimpangan pada anak semakin banyak, maka dari itu penulis berinisiatif untuk mengangkat topik “Pembentukan Karakter Anak Usia Dini Berbasis Islami” sebagai topik makalah.
B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan tersebut, maka rumusan masalah dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
1.    Konsep seperti apakah yang cocok dalam pembentukan karakter anak berbasis islami?
2.    Bagaimana cara pembentukan karakter berbasis islami pada anak usia dini?
C.      Tujuan Penelitian
Dengan mengacu pada rumusan masalah yang telah disusun tersebut maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.    Untuk mendeskripsikan konsep pembentukan karakter berbasis islami pada anak usia dini.
2.    Untuk menganalisis cara pembentukan karakter anak usia dini yang berbasis islami.

D.      Manfaat Penelitian
1.    Manfaat Teoritis
a.    Penelitian ini dapat dijadikan bacaaan di perpusatakaan.
b.    Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi mengenai pembentukan karakter pada anak usia dini.
2.    Manfaat Praktis
a.    Penelitian ini dapat dijadikan sebagai mpedoman mengenai pembentukan karakter anak pada usia dini berbasis islami.
b.    Penelitian ini dapat dijadikan solusi atas permasalahan karakter anak yang tidak sesuai menurut agama islam.

BAB II
LANDASAN TEORI
A.      Pengertian Karakter
Secara etimologis, karakter berasal dari bahasa latin kharakter, kharassein, dan kharax yang maknanya “tools for making”, “to engrave”, dan “pointed stake”. Kata ini dimulai banyak digunakan pada abad ke 14 dalam bahasa Perancis caractere, kemudian masuk dalam bahasa inggris menjadi character dan akhirnya menjadi bahasa indonesia  karakter.[2]
Karakter dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, watak.[3] Dalam hal ini harakter merupakan istilah yang menunjuk kepada aplikasi nilai-nilai kebaikan dalam bentuk tingkah laku. Walaupun istilah karakter dapat menunjuk kepada karakter baik atau karakter buruk, namun dalam aplikasinya orang dikatakan berkarakter jika mengaplikasikan nilai-nilai kebaikan dalam perilakunya.[4]
Orang yang disebut berkarakter ialah orang yang dapat merespon segala sesuatu secara bermoral, yang dimanifestasikan dalam bentuk tindakan nyata melalui tingkah laku yang baik. Dengan demikian dapat dipahami bahwa karakter merupakan nilai-nilai yang terpatri dalam diri seseorang melalui pendidikan dan pengalaman yang menjadi nilai intrinsik yang melandasi sikap dan perilakunya.
B.       Pembentukan Karakter Anak
Karakter akan terbentuk sebagai hasil pemahaman tiga hubungan yang pasti dialami setiap manusia, yaitu hubungan dengan diri sendiri, dengan lingkungan, dan hubungan dengan Allah. Setiap hasil hubungan tersebut akan memberikan suatu pemahaman yang pada akhirnya menjadi nilai dan keyakinan anak. Cara anak memahami bentuk hubungan tersebut akan menentukan cara anak memperlakukan dunianya. Pemahaman negative akan berimbas pada perlakuan yang negative dan pemahaman yang positif akan memperlakukan dunianya dengan positif.
Menurut Nashih Ulwan, pendidikan karakter anak, atau disebut juga pendidikan moral anak, adalah serangkaian prinsip dasar moral dan keutamaan sikap serta watak (karakter atau tabiat) yang harus dimiliki dan dijadikan kebiasaan oleh anak sejak masa pemula hingga ia menjadi seorang mukallaf, yakni siap mengarungi lautan kehidupan.[5]
Oleh sebab itu, tumbuhkan pemahaman pada hal-hal yang positif pada diri anak sejak usia dini, salah satunya dengan cara memberikan kepercayaan pada anak untuk mengambil keputusan untuk dirinya sendiri, membantu anak mengarahkan potensinya dengan begitu mereka lebih mampu untuk bereksplorasi dengan sendirinya, dan tidak menekannya baik secara langsung atau secara halus. 
C.    Pendidikan Berbasis Islami
Dalam pembentukan karakter Islami, semua komponen dilingkungan pendidikan diupayakan menciptakan situasi dan lingkungan yang memungkin semua pihak mendapatkan inti dari agama islam tersebut.  Dalam pembelajaran dan pembiasaan dapat ditempuh cara-cara yang mengedepankan internalisasi nilai-nilai keberimanan.
Hal ini telah dibuktikan dengan keberhasilan yang dilakukan oleh kebanyakan orang tua yang beragama terhadap anak-anaknya, dan para pendidik terhadap murid-muridnya. Percobaan secara praktis ini telah dikenal di dalam perjalanan hidup kaum salaf, seperti yang telah diuraikan dalam sikap Muhammad bin Siwar terhadap putra saudara wanitanya, At-Tustari, ketika ia mendidik dengan landasan iman dan perbaikan pribadi serta tabiatnya. At-Tustari menjadi baik karena pamannya telah mendidiknya agar selalu ingat, takut dan berlindung kepada Allah SWT, yaitu dengan jalan memerintahkan untuk selalu mengulang kata-kata "Allah bersamaku, Allah melihatku, Allah menyaksikan aku."[6]
Apabila pendidikan anak jauh dari pada akidah Islam, lepas dari ajaran religius dan tidak berhubungan dengan Allah SWT, maka tidak diragukan lagi, bahwa anak akan tumbuh dewasa di atas dasar kefasikan, penyimpangan, kesesatan, dan kekafiran. Ia akan meugikuti nafsu dan bisikan-bisikan setan, sesuai dengan karakter, tabiat, fisik, keinginan, dan tuntutannya yang rendah. Kalau karakter, watak dan sikap anak itu bertipe pasif dan pasrah, maka ia akan hidup sebagai orang yang bodoh. Hidupnya seperti mati, bahkan keberadaannya seperti tidak adanya. Tiada seorang pun yang merasa perlu akan hidupnya, dan kematiannya tidak akan mempunyai arti apapun. Keadaan seperti ini digambarkan oleh seorang pujangga: ”Itulah orang yang jika hidup tidak dapat dimanfaatkan, dan jika mati tidak akan ditangisi oleh kerabatnya”.[7]
Dengan pendidikan berbasis islami ini seorang anak akan mendapatkan ruang seluas-luasnya untuk membentuk karakter anak yang sesuai dengan yang dikehendaki oleh pencipta-Nya.
BAB III
PEMBAHASAN
A.      Konsep Pembentukan Karakter Anak Berbasis Islami
Karakter anak berbasis islami harus dibentuk atau dididik sejak anak usia dini. Tujuannya dari pembentukan karakter ini agar anak memiliki kepribadian yang baik sehingga ketika anak sudah menginjak dewasa maka ia akan menjadi anak yang shaleh maupun shalehah sehingga akan bisa memberikan manfaat untuk sesama. Tanpa proses pemberian pengasuhan dan pendidikan yang benar, mustahil untuk mencetak anak yang berkarakter.
Pendidikan karakter ini merupakan segala upaya yang dilakukan oleh pendidik untuk mengajarkan kebiasaan cara berfikir dan berperilaku yang membantu anak untuk hidup dan bekerja bersama sebagai keluarga, masyarakat, dan bernegara dan membantu mereka untuk membuat keputusan yang dapat dipertanggung jawabkan, karakter juga dapat di istilahkan dengan tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain.
Menurut William Kilpatrick, dalam pendidikan karakter ada tiga komponen karakter baik yang harus dikembangkan dan merupakan ciri khas dari pendidikan karakter, yaitu pertama, moral knowing atau pengetahuan tentang moral, yaitu merupakan kesadaran tentang moral (moral awarenes), pengetahuan tentang nilai-nilai moral (knowing moral value), penentuan sudut pandang (perspective taking), logika moral (moral reasoning), keberanian mengambil dan menentukan sikap (decision making), dan pengenalan diri (self knowledge). Unsur moral knowing mengisi ranah kognitif mereka. Kedua, Moral feeling, yaitu merupakan penguatan aspek emosi siswa untuk menjadi manusia berkarakter. Penguatan ini berkaitan dengan bentuk-bentuk sikap yang harus dirasakan oleh siswa, yaitu kesadaran akan jati diri (conscience), percaya diri (self esteem), kepekaan terhadap derita orang lain (emphaty), cinta kebenaran (loving the good), pengendalian diri (self control), kerendahan hati (humility). Ketiga, moral Action, yaitu merupakan perbuatan atau tindakan moral yang merupakan hasil (outcome) dari dua komponen karakter lainnya. Untuk memahami apa yang mendorong seseorang dalam perbuatan yang baik (act morally) maka harus dilihat tiga aspek lain dari karakter, yaitu: kompetisi (competence), keinginan (will), dan kebiasaan (habit).[8]
Menurut T. Lickona, E. Schaps dan C. lewis (2003), pendidikan karakter harus didasarkan pada sebelas prinsip berikut ini:
1.         Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter.
2.         Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup pemikiran, perasaan dan perilaku.
3.         Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk membangun karakter.
4.         Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian.
5.         Memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukan perilaku yang baik.
6.         Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang yang menghargai semua siswa, membangun karakter mereka dan membantu mereka untuk sukses.
7.         Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada para siswa.
8.         Mengfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang berbagi tanggung jawab untuk mendidik karakter dan setia pada nilai dasar yang sama.
9.         Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam membangun inisiatif pendidikan karakter.
10.     Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha membangun karakter.
11.     Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru karakter, dan manesfetasi karakter positif dalam kehidupan siswa.[9]
Dalam pendidikan karakter, anak didik memang sengaja dibangun karakternya agar mempunyai nilai-nilai kebaikan sekaligus mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari, baik itu kepada Tuhan Yang Maha Esa, dirinya sendiri, sesama manusia, serta lingkungan sekitar. Pendidikan anak dapat dimulai dari Pesantren atau sekolah sebagai tempat pembinaan sekaligus pemberdayaan karakter anak. Karena dengan moral dan etika yang baik akan membentuk anak sebagai pribadi yang berkarakter baik.
B.       Cara Pembentukan Karakter Berbasis Islami Pada Anak Usia Dini
Anak yang berkarakter tentunya memiliki parameter dan nilai standarisasi meskipun pointnya bisa saja berbeda tergantung dari kemampuan yang dimiliki anak.  Hal yang terbaik untuk digunakan sebagai parameter adalah tentunya pembentukan karakter anak yang berwawasan Islam. Dalam Islam sendiri mengatur tentang bagaimana cara membentuk karakter anak. Banyak acuan dan kisah-kisah yang bisa dijadikan media pembelajaran untuk membentuk karakter anak.
Dalam Al-Quran ataupun Sunnah Nabi banyak di jabarkan bagaimana cara membentuk dan mendidik anak sehingga anak bisa menjadi anak yang berkarakter.  Karena pembentukan anak yang berkarakter mustahil dilakukan jika tidak ada contoh riil yang bisa dijadikan uswah atau teladan bagi anak. Teladan ini menjadi penting karena anak juga memerlukan figur sehingga ia akan mengikuti jalan yang pernah dilakukan oleh figur tersebut. Cara pembentukan karakter berbasis islami pada anak usia dini adalah dengan membentuk:
1.    Pola Pengasuhan (Hadanah)
Karakter anak bisa dibentuk jika menggunakan pola pengasuhan yang benar.  Anak-anak memiliki tahap-tahapan usia dan dalam tahapan usia tersebut tentunya anak juga memerlukan perlakuan yang berbeda.  Cara mendidik anak ini akan bisa optimal jika disesuaikan dengan usia anak.  Anak usia dini tentunya memerlukan kasih sayang yang cukup bila dibandingkan mendidik anak yang sudah memasuki usia dewasa.  Penerapan ketegasan antara anak-anak akan berbeda dengan anak usia dewasa.
2.    Suri Tauladan
Teladan sangat penting dalam proses pendidikan anak. Karena memang biasanya anak hanya akan meniru apa yang ada disekitarnya dan apa yang diajarkan kepadanya.  Pembentukan karakter ini akan menjadi berat manakala tidak ada figur yang bisa dijadikan contoh terutama orang tua. Orang tua merupakan contoh teladan terdekat anak. Sedangkan orang tua hendaknya mengikuti teladan terbaik yaitu Nabi Muhammad. Maka untuk membantu keberhasilan dalam pembentukan karakter anak hendaknya orang tua tidak memberikan teladan yang buruk di depan anak.
3.    Rangsangan dan Ancaman
Rangsangan dan ancaman hendaknya diajarkan kepada anak sehingga anak akan memiliki motivasi ketika beraktivitas. Pengenalan ancaman dan rangsangan ini bisa diajarkan secara bertahap sesuai dengan kemampuan berpikir anak. Dengan pemberian rangsangan maka anak akan termotivasi untuk berbuat kebaikan. Sedangkan pendidikan ancaman maka anak akan belajar untuk menjauhi dan tidak melakukan perbuatan buruk.
4.    Kisah Teladan
Cerita merupakan kisah yang bisa memberikan nilai pendidikan untuk anak. Anak akan bisa menangkap maksud dari cerita yang di sampaikan tanpa ada kesan menggurui kepada anak. Agar nilai pendidikan bisa diserap anak maka sempatkanlah mendidik anak dengan membacakan kisah-kisah inspiratif untuk anak. Banyak cerita yang bisa kita sampaikan kepada anak baik itu kisah yang ada dalam Al-Qur’an ataupun cerita tentang Nabi dan sahabat-sahabatnya.
5.    Dialog
Komunikasi antara orang tua dengan anak sangat penting untuk dilakukan.  Untuk anak usia dini, dialog yang baik akan bisa merangsang kemampuan bahasa anak. Dengan dialog dan komunikasi yang baik kepada anak juga akan mendekatkan hubungan orang tua dengan anak. Dialog yang baik akan menuntun anak dalam memahami karakter yang akan menjadi kepribadiannya. Maka tak heran dengan bahasa dialog kita akan bisa menebak seseorang darimana dia berasal. Dialog orang jawa tentunya juga akan berbeda dengan cara dialog orang batak.
6.    Latihan Pengamalan
Sebuah teori ataupun pendidikan yang diberikan kepada anak juga harus diberikan contoh dalam pengamalan. Dengan melakukan aktivitas riil maka akan bisa membekas dalam ingatan anak sehingga tidak hanya sekedar retorika belaka yang tidak akan melekat dalam ingatan anak. Banyak contoh-contoh pengamalan sederhana yang bisa berikan. Misalnya tentang sedekah kepada pengemis, mencuci baju sendiri, menengok orang atau teman sakit dan masih banyak lagi contoh yang lain.
7.    Lingkungan yang Mendukung
Lingkungan merupakan pembentuk karakter anak yang cukup ampuh. Karakter anak sangat bisa dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya. Teman bermain adalah magnet yang sangat kuat untuk anak meniru. Oleh karena itu agar anak memiliki karakter yang baik dibutuhkan lingkungan yang baik pula.[10]
Selain itu sekolah juga memiliki peran yang penting sebagai pendidikan formal yang diterima oleh anak, sekolah mengajarkan segala bentuk pendidikan akademik maupun non akademik melalui guru. Disini peran guru bukan sekedar memberikan pelajaran kepada peserta didik. Tapi lebih dari itu guru bertanggung jawab membentuk karakter peserta didik sehingga menjadi generasi yang cerdas, shaleh dan terampil dalam menjalani kehidupannya. Apalagi sekarang ini kehadiran guru semakin nyata menggantikan sebagian besar peran orang tua yang notabene adalah pengemban utama amanah Tuhan Yang Maha Esa. Dengan berbagai sebab dan alasan, orang tua telah menyerahkan bulat-bulat tugas dan tanggung jawabnya kepada guru disekolah dengan berbagai keterbatasannya.
Pada prinsipnya pembentukan karakter anak berhasil dan berjalan dengan lancar jika dilakukan secara benar dan menggunakan media yang tepat. Pendidikan karakter dilakukan setidaknya melalui berbagai media, yang diantaranya mencakup keluarga, satuan pendidikan, serta lingkungan yang baik. Dan untuk membantu suksesnya pembentuan karakter anak maka doa merupakan senjata yang ampuh yang wajib digunakan.

BAB IV
PENUTUP
A.      Simpulan
Berdasarkan pada pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal penting berikut ini :
1.    Konsep pembentukan karakter anak berbasis islami sangatlah diperlukan guna untuk membentuk karakter anak yang berakhlak baik yang sesuai diharapkan oleh kedua orang tuanya. Menurut William Kilpatrick, pendidikan karakter terdiri dari tiga komponen karakter baik yang harus dikembangkan dalam pendidikan karakter, yaitu: moral knowing, Moral feeling, dan moral Action.
2.      Dalam Al-Quran maupun Sunnah Nabi banyak di jabarkan bagaimana cara membentuk dan mendidik anak sehingga anak bisa menjadi anak yang berkarakter diantaranya dengan membentuk: pola pengasuhan (Hadanah), suri tauladan, rangsangan dan ancaman, kisah teladan, dialog, latihan pengalaman, dan lingkungan yang mendukung.
B.       Saran
Dengan telah tersusunya makalah ini, pembaca disarankan apabila ingin melakukan pengkajian terhadap pembentukan karakter anak untuk menjadikan makalah ini sebagai referensi. Selain itu bagi pembaca yang akan melakukan penelitian serupa disarankan agar menjadikan makalah ini sebagai bahan acuan penelitian.

DAFTAR PUSTAKA
Darmuin, Konsep Dasar Pendidikan Karakter Taman Kanak-kanak, Semarang: Pustaka Zaman, 2013.
Elmubarok, Zaim, Membumikan Pendidikan Nilai, Bandung: CV Alfabeta, 2008.
Harapan, Agung, Kamus Cerdas Bahasa Indonesia Terbaru,Surabaya: CV Agung Harapan, 2003.
Sunarti, Euis, Menggali Kekuatan Cerita, Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2005.
Ulwan, Nasih, Pendidikan Anak  dalam  Islam, Terjemahan Jamaludin Miri, Cet. III, Jakarta: Pustaka Amani, 2007.
Seto Mulyadi, Seto, Character Building: Bagaimana Mendidik Anak Berkarakter, Cet. I, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2008.
http:www.al-maghribicendekia.com/2013/05/pendidikan-karakter-anak-dalam-islam.html?m=1, diakses pada Sabtu, 20 Juni 2015.




[1] Darmuin, Konsep Dasar Pendidikan Karakter Taman Kanak-kanak, (Semarang: Pustaka Zaman, 2003), hlm.7.
[2] Zaim Elmubarok, Membumikan Pendidikan Nilai, (Bandung: CV Alfabeta, 2008), hal.102.
[3] Agung Harapan, Kamus Cerdas Bahasa Indonesia Terbaru ,(Surabaya: CV Agung Harapan, 2003), hal.300.
[4] Euis Sunarti, Menggali Kekuatan Cerita, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2005), hal.1.
[5] Nasih Ulwan, Pendidikan Anak  dalam  Islam, Terjemahan Jamaludin Miri, Cet. III, (Jakarta: Pustaka Amani, 2007), hal.193.
[6] Nasih Ulwan,  Pendidikan Anak dalam Islam, Terjemahan Jamaludin Miri, Cet. III, (Jakarta: Pustaka Amani, 2007),  hal.195.
[7] Nasih Ulwan,  Pendidikan Anak dalam Islam, Terjemahan Jamaludin Miri, Cet. III, (Jakarta: Pustaka Amani, 2007),  hal.194.
[8] Seto Mulyadi, Character Building: Bagaimana Mendidik Anak Berkarakter, Cet. I, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2008), hal. 30-31.
[9] Seto Mulyadi dkk, Character Building: Bagaimana Mendidik Anak Berkarakter, Cet. I, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2008), hal. 31-32.
[10] Diakses dari http:www.al-maghribicendekia.com/2013/05/pendidikan-karakter-anak-dalam-islam.html?m=1 pada Sabtu, 20 Juni 2015 pukul 14.00 WIB.

3 komentar: